Berjuanglah pikiran! Aku yakin kamu masih bisa memutar memori setahun yang lalu dengan baik. Yak, kami (saya dan pikiran) memasukan momen yang terbaik yang masih nyisa di kepala. Doakan saya~
Cekidot, beib~
KOBE : Mount Rokko
Moment
Rencana kita sudah matang sekali, kali ini kami akan
kerahkan segala kemampuan untuk bisa sampai dua tempat tujuan. Sepertinya sih hari
ini akan menguras tenaga banyak, karena salah satu dari dua tempat tujuan kami
adalah gunung. Iya, Gunung Rokko yang terkenal di Kobe. Gue selalu suka medan
yang penuh tantangan kaya gini #tsah Makanya pas malem sanking senengnya gue
nggak bisa tidur. Eh, iya deng karena tadi tidur siang juga sebelumnya.
--
Setelah mendengar suara ketukan pintu, gue berjalan dengan
gontai dan membukanya.
“Zu, udah solat subuh belom?” Teh Yelni berkata setelah
melihat gue di depan kamar dengan mata setengah terbuka.
“Udah, tadi. Ehmm...” gue mengalihkan pandangan gue ke hp.
“Setengah jam yang lalu.”
“Oh, yaudah. Inget ya, ntar kita berangkat jam 8 lho.” Gue
cuma manggut-manggut gak jelas, terus selimutan lagi di dalem futon.
Yah, namanya juga rencana... kadang sesuai dengan realitanya
kadang juga meleset. Pada akhirnya kita baru rapih jam 10 dan langsung pergi ke
daerah Namba untuk membeli Kansai Pass.
Malam sebelumnya, sebelum ke Daiso kami pergi mencari tempat
penjualan Kansai Pass di daerah Namba. Tapi tempat yang semalem kita cari itu
nggak menjual lagi Kansai Pass. Sebagian orang sana menyarankan kami untuk beli
di Agen Travel seperti HIS. HIS adalah salah satu agen travel terbesar di
Jepang. Karena nggak mau ribet, kami pikir nggak perlu lagi mencari agen travel
lain. Meluncurlah kami ke HIS Travel.
Orang asing kalau melihat kita yang berjilbab pasti akan
mengajak kita ngobrol dengan bahasa Inggris, padahal karena udah mulai terbiasa
dengan bahasa Jepang otomatis yang keluar dari mulut bahasa itu. Meski lawan
bicara ngajak ngobrol dengan bahasa Inggris, gue tetep keukeuh ngomong dalam
bahasa Jepang. Jadilah kami ngomong
dengan dua bahasa yang berbeda.
Oiya, Kansai Thru Pass ini bisa kita pakai di seluruh daerah
Kansai. Baik kereta, bus bahkan kita suka dapet voucher potongan harga tiket
masuk beberapa tempat wisata dari Kansai Pass. Dari pada JR Pass gue sih lebih
milih KTP (Kansai Thru Pass).
Ok, KTP dengan harga 5300 yen terbeli, untuk tiga hari.
Asyiknya tiga hari yang dimaksud nggak mesti berurutan.
Tujuan pertama kita setelah sampai di Osaka adalah Kobe.
Kobe itu bukan bagian dari Osaka tapi cukup dekat dengan Osaka. Dengan naik
kereta line Hankyu ke Kobe butuh waktu satu jam. Percaya atau nggak, menurut
orang Jepang jarak tempuh dengan kereta sampai menghabiskan waktu satu jam itu
termasuk jauh dan lama. Lah gue mah udah biasa di Indonesia, dari Tangerang ke
Depok aja kita bisa menghabiskan waktu 2 jam (karena muter-muter). Padahal kalo
bablas naik bus Mayasari lewat tol, cepet banget.
Nah, balik lagi ke Jepang xD
Singkat cerita, kita sampai di Kobe dan mulai cari titik perhentian
pertama yaitu, kuil Ikuta. Lagi, setelah mengikuti jalan yang kami persiapkan,
kami nggak pernah bisa langsung sampe ke tempat itu. Iya, mungkin peta yang
kami bikin nggak begitu jelas. Karena pada akhirnya kami berpikir akan
bertanya, jadi kami nggak bener-bener buat peta secara detail. Yang ini juga
jangan ditiru ya xD
Untuk yang kesekian kalinya seorang kakek, yang sedang
jalan-jalan dengan anjingnya, membantu kami. Nggak hanya memberi tahu, dia
bahkan mengantar kami sampai di depan kuil Ikuta.
Gue berpikir mau terharu
untuk kesekian kali, tapi gue udah terbiasa dengan itu. Yang terpikirkan malah
hal lain. Seperti ; menolong orang dengan mengantar orang sampai ke tujuan bagi
orang Jepang mungkin lebih praktis, daripada harus menjelaskan arah jalan
dengan bahasa yang berbeda. Bisa jadi kan? Ya, tapi sih, di luar pemikiran itu
mereka tetap keren karena mereka nggak setengah-setengah untuk menolong
seseorang.
![]() |
Gerbang Kuil Ikuta |
![]() |
Kertas ramalan yang digantung di kuil |
![]() |
Doa dan harapan orang-orang yang berdoa di kuil |
![]() |
Versi Close Up. |
Dari kuil Ikuta untuk pergi ke mesjid Kobe udah mudah
banget, karena ada petunjuk jalan yang mengarahkan kami ke sana. Estimasi dari
kuil Ikuta ke mesjid Kobe sekitar tujuh menitan, tapi realitanya gue jalan ada
kali sekitar 15 menitan kurang dikit.
Sesungguhnya tidak ada yang berbohong di sini. Estimasi orang
dan peta di google memang tujuh menitan, ya tapi tujuh menitnya dengan cara
berjalan orang Jepang (yang jalan santai aja nggak santai). Khusus untuk kami
menghabiskan waktu sebanyak 15 menit kurang dikit karena bergantung pada beban
yang kami bawa. Iya, bukan tas, badan kami. -_-
Tapi ya tapi, mungkin juga kami terlalu santai karena
menikmati pemandangan di sekitar. Selain bagus banget dipandang dengan mata
langsung, pemandangan yang tersaji juga nggak kalah indahnya setelah ditangkap
oleh lensa kamera HP. Sungguh, bukan alasan x3
Serius, ini no filter semua.
Nggak berapa lama kami sampai di Mesjid Kobe. Salah satu
mesjid terbesar yang ada di Jepang. Sejauh ini mesjid keren dan besar yang
pernah gue datengi adalah Mesjid Camii dan Mesjid Kobe. Dan Mesjid Kobe ini
adalah mesjid pertama yang ada di Jepang lho. Beruntungnya bisa ke sana...
Cukup lama kami berada di sana. Setelah solat dzuhur, kami
menunggu solat ashar di sana. Gue selalu suka kalau ketika sampai tujuan kita
bisa rilex dan menikmati pemandangan sekitar. Biarpun hanya bisa melihat
keindahan ornamen-ornamen dalam mesjid, cukup membuat perasaan takjub dan
nyaman gue menjadi satu.
Kemudian gue inget aplikasi waktu solat di hp gue sempet gue
matiin. Buru-buru gue nyalain lagi, supaya gue bisa tahu kalau waktu solat
ashar datang. Setelah itu kembali menunggu dalam ketenangan.
Beberapa saat kemudian, begitu adzan dari hp gue berbunyi
rasa kangen gue sama Indonesia kembali menyeruak. Mendengar adzan di dalam
mesjid pas waktu solat bakal sering lo dapetin di Indonesia, tapi nggak ketika
lo melancong ke negeri orang apalagi islam menjadi minoritas di sana. Adzan di
mesjid akan menjadi sesuatu yang langka dan lo rindukan.
Selesai ashar, ada beberapa orang yang dateng. Kali ini
sepertinya orang Jepang. Mereka dateng seperti kunjungan wisata, tapi demi
menghormati kami mungkin dia meminimalisir suara mereka. Mereka hanya liat-liat
dan nggak berkomunikasi. Gue memutuskan untukmeneruskan perjalanan sama
temen-temen.
Karena tujuan selanjutnya adalah Mount Rokko, kita berpikir
sebisa mungkin kita sampai sana sebelum gelap. Selang beberapa waktu sampailah
kami di stasiun Rokko/Mikage. Dari sana kami naik bus dari Hanshin Mikage no.
16 turun di rokko cable car.
![]() |
Kondisi bagian depannya, begitu turun dari bus. Nyomot di gugel, yang di hp keapus nampaknya. |
![]() |
Ini juga nyomot dari gugel :( |
Sebenernya judulnya sih emang naik gunung, tapi kali ini
beda versi kaya yang biasanya. Karena kami naik cable car untuk sampai di atas,
jadi sama sekali nggak pake lelah dan ngos-ngosan. Tapi jujur, gue sempet
mikir, pasti ada lah manjat-manjat atau naik-naiknya dikit.
Ternyata nggak ada? Bukaaan, kayanya sih kami masih belum
sampai puncak banget dan harus naik bus lagi kalau mau ke puncaknya. Atau bus
itu angkutan lain untu ke atas? Nggak tau pasti sih, wakaka. Yang jelas kami
mengakhir perjalanan kami sampai titik itu, karena waktu magrib mulai mendekat.
Seperti biasa, kami hanya menikmati pemandangan sejenak dan
berpoto-poto.
![]() |
Udah mulai gelap, di saat begini nyesel cuma foto-foto sama kamera hp doang. |
![]() |
Waktu ngasih pesan buat Dini x3 |
Ketika kami sampai, kebanyakan dari orang-orang yang berkunjung
pergi ke arah yang berlawanan dengan kami. Sepertinya jam segitu memang
waktunya untuk pulang, kita aja yang antimainstream.
Lagi, ini untuk kesekian kalinya gue ada di puncak (anggep
aja puncak) gunung dan bukan dengan pasangan #lalutibatibagalau xD
Dari pertama menginjakan gunung di gunung Gede, gue udah berpikir tempat kaya gini tuh asyik
bisa ditempuh bareng pasangan. Selain mungkin banyak hal yang menakjubkan
ketika menuju ke tempat itu, saat sampai tujuan momen berdua untuk menikmati
keindahan alam Sang Pencipta itu dapet banget. Gue bilang begini bukan berarti
kalau sama temen nggak dapet ya, tetep dapet kok. Guenya aja yang lagi galau xD
Nah, ternyata momen itu pun terpikirkan sama sepasang anak
manusia. Mereka terlihat takjub dengan pemandangan dan tertawa berdua dengan
malu-malu sambil berdekatan layaknya pasangan kebanyakan. Setelah berbincang
dengan bahasa yang tidak bisa gue deteksi, tertawa malu berdua, dan mengambil
momen penting berdua dengan kamera, bulu kuduk gue semankin nyata berdirinya.
Gue nggak mau mikir mereka itu pasangan, tapi dari pertama
gue ngeliat udah kaya gitu. Padahal mereka sejenis... Gue mulai risih dan nggak
mau mengganggu mereka lebih lama. Dan juga karena adzan mulai berbunyi dari HP
gue, maka kita mulai beranjak pulang.
Dulu banyak yang bilang sama gue, kalo di Jepang ketemu kaya
gitu atau mungkin ketemu pasangan normal yang bertindak tidak senonoh di tempat
terbuka, jangan kaget. Karena hal itu sangat biasa di sana. Meski ada juga
penduduk yang berpikir itu adalah hal yang tabu, tapi kenyataan yang mengatakan
mereka itu sangat bebas itu benar adanya. Dan gue beruntung, selama di Jepang
nggak pernah diperlihatkan hal-hal yang kaya gitu kecuali sepasang pemuda yang
gue temui di Mount Rokko. Alhamdulillah...
Pada akhirnya magrib nggak kekejar. Padahal rencananya mau
balik ke Mesjid Kobe, tapi karena solat magribnya nggak kekejar kita jadi
meneruskan jalan untuk pulang. Gue terpaksa menjamaknya di solat Isya setelah
pulang ke hotel.
Meski lapar karena sudah tepar gue mengurungkan niat gue untuk
makan makanan halal yang kita beli di toko halal dekat Mesjid Kobe. Makanan itu
kami makan di hari berikutnya buat sarapan. Selama di jepang, makanan kami ya
gitu-gitu aja. Seputar mie instan yang kami bawa dari Indonesia, furikake (abon
Jepang), makanan (timur tengah) halal instan, dan onigiri. Untungnya nasi juga
dijual di supermarket dan bisa dihangatkan pakai microwave hotel.
Gue merasa perjalanan gue semakin hari semakin membosankan,
meskipun gue tetap menikmatinya, meskipun gue tetep seneng melewatinya, gue
mulai merasa ada yang kosong. Atau mungkin gue cuma galau lagi?
No comments:
Post a Comment