Tuesday, October 11, 2016

[Fiksi] Story Blog Tour Mistery - Chapter 5: DENDAM AGNI

Ini adalah kelanjutan Story Blog Tour Misteri OWOP.
Demi apapun juga, gue nggak pernah bayangin bisa bikin cerita kaya gini. Kalau ada yang bilang kurang nyeremin, bodoamat. Tapi bagi gue, ini nyeremin abis, titik. Gue bakal mikir lagi kalau bikin cerita genre kaya gini lagi. #padahaldiaikutvotebuatgenreini xDD

Chapter 1 - Sang Penari: Tarian (Dini)
Chapter 2 - Teror Tengah Malam (Doddy)
Chapter 3 - Konsekuensi (Nana)
Chapter 4 - Yang Terpilih (Happy)

Chapter 5, cekidot, Gaes...!

DENDAM AGNI


“Simpanlah batu ini bersamamu saat akan tampil, rapalkan beberapa bait pertama dari Lingsir Wengi ketika akan memulai tarian...” Agni terlihat bingung. Matanya terlihat sembab ketika orang itu datang lagi ke hadapannya. Dia selalu datang di saat Agni sedang down. Seperti saat itu. Setelah kejadian seorang dekan bejat memperlakukan Agni dengan tidak pantas. Ya, dekan itu adalah Pak Rama.

Seperti biasa orang misterius itu menyuruhnya untuk melakukan hal aneh. Sesuatu yang tak pernah terlintas di pikiran Agni, sesuatu yang tak pernah dimengerti oleh Agni. Namun hanya ada satu hal yang Agni ingat dan selalu berputar-putar di dalam kepala Agni bahwa...

“Kalau kau mau berkerja sama denganku, itu akan mempermudahku untuk memberi pelajaran si brengsek itu. Dia akan mendapatkan ganjaran yang setimpal atas apa yang dilakukannya... pada orang-orang yang telah dibuatnya menderita. Seperti kita, misalnya...”

Mata hitam milik Agni bertatapan langsung dengan miliknya. Mata sayunya membuat Agni berasumi bahwa dia tidak seperti orang yang hidup. Mata yang seakan lelah dengan hiruk-pikuk hidup ini. Agni merasakan sesuatu yang menariknya ke dalam pusaran matanya. Seakan mengajaknya ke dalam kepedihan dan dendam yang sudah lama menjeratnya.

“Aku tahu, kaulah orang yang tepat untuk bisa membantuku...” sekali lagi, dorongan itu mendesak Agni untuk bisa merasakan dendam yang begitu dalam, menghipnotisnya, membuat kepalanya memutar kejadian tak senonoh yang dilakukan oleh Pak Rama, dan berakhir dengan mendidihnya darah di kepala juga sekujur tubuh Agni. Lalu semua keraguan di dalam dirinya tenggelam tak bersisa, sirna begitu saja.

Agni menatapnya dengan pandangan yang sama. Lalu tersenyum ganjil sebagai jawaban dari permintaan orang yang belum pernah dia kenal sebelumnya. Namun, saat itu ada sebuah ikatan aneh yang membuat Agni mempercayainya. Ya, ikatan yang terbentuk oleh sebuah perasaan keji, perasaan itu adalah dendam.   

Saat itulah misi balas dendam terselubung Agni dimulai.

--

Saat matanya mengerjap sekali, dia melihat gelap. Tak mengerti pandangannya jelas atau tidak, hanya gelap yang ada. Bagian kepalanya terasa sangat berat, seperti telah menghantam sesuatu. Dia mencoba duduk dan membiasakan pandangannya dalam gelap.

“...di mana...” menyadari tenggorokannya kering dan suaranya tidak keluar, dia memegang lehernya buru-buru. Suaranya hilang, dia hanya membuka mulut tapi tak bisa bersuara.

Terakhir kali yang dia ingat adalah ketika dia memoles lipstik berwarna merah darah di ruang make up, dia mematut dirinya di depan cermin dengan batu pusaka merah delima di tangannya. Lalu semuanya menjadi gelap, kesadarannya hilang.

Tidak. Agni menggeleng. Dia sempat tersadar kembali. Hanya sebentar. Ketika suara gamelan mulai berbunyi mengawali tarian. Saat itu Agni mulai menyanyikan lagu Lingsir Wengi yang sebenarnya tidak pernah dia hapal sebait pun. Namun dengan suara lirih dan hampir tak terdengar, Agni bernyanyi dengan lancar tanpa ada lirik yang tertinggal. Dia hampir menghabiskan semua bait dalam nyanyian itu. Namun berhenti di lirik “... dadoyo sebarang.*”

Satu lirik “... wojo lelayu sebet (namun jangan membawa maut),” tak terucap dari mulut Agni. Dia berhenti saat menyadari sesuatu yang mulai muncul dari barisan penonton, tersenyum puas dan kemudian kembali tak ingat apa-apa lagi.

Agni ingat kejadian itu. Bahkan dia ingat batu pusaka merah delima itu ada di balik kain yang diikatkan ke pinggangnya. Namun, dia juga yakin semua yang dilakukannya saat pentas itu bukanlah kehendak dari dirinya. Dia yakin tidak menguasai penuh dirinya saat melakukan itu semua.

Di ruangan gelap dan pengap itu, penglihatan Agni masih gelap. Tidak ada tanda-tanda pandangannya mulai terbiasa dengan gelap.

Jantungnya hampir berhenti berdetak, ketika mendengar sesuatu. Lagu Lingsir Wengi mengalun. Lagu dalam bahasa Jawa yang seharusnya tidak ia mengerti, namun entah kenapa tiba-tiba saja dia paham setiap bait dari lirik Lingsir Wengi. Rasa takut tiba-tiba menyergap. Dia memeluk kedua kakinya, meringkuk penuh dengan ketakutan dan penyesalan.

Agni telah membuka tabir yang seharusnya tidak pernah bisa dia jangkau. Dan yang lebih parah lagi, Agni telah menghancurkan peraturan yang semestinya dilakukan oleh pemanggil-pemanggil roh sebelumnya. Bahwa seharusnya “...wojo lelayu sebet,” roh-roh itu tidak membawa maut.  

Bersambung...

--
NB:
*= ... dadoyo sebarang = jadilah apapun juga (ditujukan pada roh-roh yang dipanggil.) Plis jangan suruh gue nulis full lirik lagu itu. Cari aja sendiri sana :v

Ya Allah... Gusti... semoga dengan menulis ini nggak membawa pengaruh apa-apa terhadap kehidupan hamba, maafkan lah hamba ya Allah, lindungi hamba dari makhluk-mu yang satu itu...

Lanjut ke Blognya Dhira ya, Gaes...
Cek di sini 

No comments:

Post a Comment