Sunday, April 19, 2015

Plot Twist, Bukan PunchLine!

Ayo ngeblog lagi!
*bayar utang*


Kali ini gue akan bahas plot Twist. Gue teringat ketika saat itu sedang membahas tentang alur kepenulisan sama temen-temen OWOP di grup. Dan saat itu dengan pedenya, gue bilang "Iya nih lagi seneng bikin cerita yang akhirnya tajam dengan punch line. Masih belajar juga sih..."

Nana waktu itu udah bantuin gue buat ngejelasin apa itu punch line sih dan doi bilang "kalau yang namanya punch line itu biasanya di cerita genre komedi. Dan lagian istilah itu lebih banyak dipakai di Stand up Comedy." Saat itu baik Nana maupun gue, masih mikir kalau cerita biasa yang akhirnya 'nikung' itu disebut apa ya...

Saat ngobrol-ngobrolsama Phidut di kantor, dengan mulus doi ngomong istilah Twist saat lagi nggak sengaja cerita tentang tulisan-tulisan yang kita bikin. Itu adalah istilah yang seharusnya dipakai buat istilah nikung itu...
Saat itu gue, "Ah, iya! Twist!!"

Dalam bahasa Inggris sendiri memang Twist itu artinya 'nikung' atau 'memutar/membelok'. Ketika gue Blog Walking, banyak dari Blogger yang mengartikannya lebih spesifik lagi. Yang mau liat penjelasan yang spesifik bisa di-search di google. Gue lebih memilih untuk mengartikannya secara ringkas. *bilangajamales*

Intinya, plot twist ini adalah alur cerita yang tak terduga (atau yang menikung dari ekspektasi penikmat cerita). Dan biasanya moment ini ada di akhir cerita.
Memang beda dengan punch line. Tapi inti menikungnya hampir sama.

Kenapa gue belajar mati-matian untuk membuat plot ini? Karena gue sendiri ketika membaca cerita berplot twist ini juga merasakan sensasi yang beda. Bulu kuduk gue meremang. Entahlah pokoknya sensasinya beda.
Kadang plot ini sering dipake di cerita yang mengacau psikologis seseorang, itu menurut gue. Atau cerita thriller, atau misteri. Gue pengen banget coba untuk memakai plot ini di cerita ber-genre fluff atau romance. Akan jadi seperti apa masih belum bisa gue tebak juga...

Berikut ini gue lampirkan contoh cerita yang berplot twist yang akhir-akhir ini gue buat dan gue rasa cukup berhasil. Emang nggak semua orang bisa berhasil dengan plot ini, malah terkesan maksa. Gue juga sering buat cerita yang maksa gitu... Tapi namanya belajar, nggak salah ya nggak belajar. Yang penting mau untuk belajar terus kalau merasa kemampuan diri kurang.



***
[Flashfiction]
Cinta Buta


Jakarta, 7 April 2015

Kau tahu? Cintaku buta, karena aku tidak bisa melihat apapun kecuali kamu!

Kamu tahu? Cintaku buta, karena aku sanggup melakukan apapun demi kamu.

Kamu tahu? Cintaku buta, karena kamulah aku punya alasan untuk hidup.

Ya, cintaku tak mengenal logika kalau sudah berhadapan denganmu.

Yudismu tersayang.


Kulipat baik-baik kertas berbunga nan wangi itu. Entah berkhayal atau tidak tapi ketika aku menghirupnya dalam-dalam seketika aku mengerti bagaimana aroma cinta yang tercipta dari kertas itu.

Kekasihku Yudis, dia adalah orang paling romantis di dunia ini. Berulang kali aku mendapatkan surat yang membuat diriku dimabuk kepayang. Dia adalah cinta pertama dan terakhirku, sebuah anugrah yang sempurna dariNya. Tidak pernah aku merasa sangat berarti seperti ini selama hidupku. Yudis adalah segalanya.

Ini adalah hari kesekian aku menemukan surat manis dari Yudis, kali ini di loker kampusku. Yudis adalah orang yang selalu tahu bagaimana caranya membuatku terkejut penuh bahagia.

"Lihat, benar kan? Dia melakukannya lagi..." beberapa orang lewat di depanku berbisik kata-kata itu.

Aku menikmati apa yang membuatku bahagia, tidak peduli orang-orang mengatakan apa di belakangku. Karena bagiku hater adalah hal yang sangat lumrah dan biasa saja.

Brak! Semua buku yang kupegang berjatuhan. Aku melihat seorang lelaki dengan perawakan tinggi berdiri di depanku.

"Sorry..."

"Nggak papa..." kataku buru-buru. Antoni, lelaki yang selalu berusaha merebut perhatianku dari Yudis.

"Arma, aku serius nih ngajakin kamu nonton malam ini"

"Maaf, aku nggak bisa."

"Hei..." Antoni mencoba meraih tanganku dengan paksa. Tak mau kalah, kutepis tangannya lebih kuat. Seraya dia menatapku tajam.

"Lo nggak usah deh jual mahal! Lo tuh beruntung gue kejar-kejar, banyak cewek yang minta gue kejar-kejar, tau!"

"Maaf aku mau pergi..." kutahan emosi sebelum semuanya meledak begitu saja. Dasar, cinta butanya itu menjengkelkan sekali!

"Heh! Lo denger nggak sih?!" Tarikan tangannya kini tidak main-main. "Lo tuh aneh ya! Jangan-jangan bener kata orang, lo udah gila. Udah deh lupain Yudis. Orang mati kok masih dipikirin." Mataku mulai memanas karena amarah yang kian membesar. 
"Jangan-jangan bener kata orang lo masih sering ke kuburan Yudis buat galau-galauan.. hah!" Tawanya pun sangat meledek.
Tanpa sadar, tanganku melayang ke arah wajahnya.

"Jangan berani-berani menghina Yudis, atau kamu akan mati!!" Setelah perkataanku membuatnya cukup terperangah, aku meninggalkannya segera tanpa memperdulikan tatapan orang- orang sekitar.

Aku berlari ke tempat biasa aku mengadu. Berlari terus hingga masuk pemukiman kecil. Di samping pemukiman itu ada lahan tanah merah tempat di mana orang-orang berpakaian serba hitam berkumpul.

"Aku tau, kamu ngga akan ninggalin aku... kamu sedang apa di sana?" Kutelungkupkan kepalaku di sebuah kotak persegi panjang yang dihiasi batu marmer.

"Yudis, i love you..."
Seraya kukeluarkan secarik kertas kosong yang wangi dan pulpen dari dalam tasku.

Jakarta, 8 April 2015.

Dear Armaku sayang...

--
Yudisa bin fulan.

XX-Januari-19XX - 4 November 2013 

***

Gimana? Ada nggak yang berpikir cerita ini biasa aja? Setiap pendapat orang bisa beda-beda, sih... Dulu waktu gue baca lagi setelah gue diemin selama semingguan, bulu kuduk gue agak meremang. Yang seperti itu gue nilai berhasil menurut standart gue sendiri.
Tapi kan reaksi dan standart orang beda-beda...

Jadi yang penting terus menulisa dan belajar!

3 comments:

  1. Menarik!

    Ada cerita dengan plot twist yang lainnya ngga?

    ReplyDelete
  2. wah itu Yudisnya ngirim suratnya gimana gan?
    lumayan lah twistnya

    ReplyDelete
  3. ternyata yang nulis suratnya si Arma sendiri ya.
    keren gan

    ReplyDelete