Tuesday, June 23, 2015

Saturdate : Tantangan Menulis Duet

I'm back!!

Hutang oh hutang. Dibayar satu tumbuh seribu.

Sebenernya gue mau nulis cerita ini udah dari kemaren-kemaren. Sampe Ruru dan Nana, dua-duanya udah ngeposting ceritanya, dan gue masih bengong aja, berkutat dengan pikiran yang lain.

Cerita gue tentang saturdate sabtu kemaren, bisa dicek di bawah~ :*




Sebelumnya gue lampirkan cerita saturdate versi Nana dan Ruru .

Jadi, kalau udah ada yang baca blog Nana dan Ruru udah tau ya, saturdate itu apa dan kaya gimana garis besar materinya. #malesjelasinlagi #dihajar
Ya, saturdate adalah acara yang dibuat oleh gagasmedia, Kak Nina Ardianti dan Kak Mahir Perdana. Setelah talk show, presentasi materi pembuatan karakter fiksi, dan presentasi materi menulis duet, diadakan tantangan menulis bersama pasangan masing-masing.

Karena kita bertiga, maka salah satu di antara kita ada yang nggak dapet pasangan. Dan malangnya itu gue. Tapi untungnya, kemalangan nggak lama-lama bersama gue. Di samping gue duduk seorang cewek yang jauh-jauh dateng sendirian dari bekasi.

Waw, gue salut! Doi niat banget!
Karena dia sendiri, gue berinisiatif mengajak dia duet dan ditanggapi dengan respon yang positif.

Sebenarnya gue sempet khawatir. Setelah menerima materi menulis duet dari Kak Nina, gue memutuskan untuk lebih selektif memilih partner menulis. Bener kata Kak Nina, kalau salah nyari partner yang ada cuma gontok-gontokan dan ujung-ujungnya tulisan yang jadi malah tulisan yang saling hujat. Fhea--partner dadakan gue--untungnya dengan mudah bisa blend sama gue. Omongan kita masih nyambung, jalan pikir kita ngga beda jauh, tapi pas dia bilang sama genre yang paling dia kuasai sama gue, gue lumayan goyah.

"Aku biasanya nulis genre romance, kalau comedy biasanya malah garing..." gue sempet menelan ludah. Gue justru udah jarang banget nulis cerita bergenre full romance.

Gue juga nggak bisa-bisa banget nulis comedy sih, tapi biasanya gue suka nge-mix tulisan gue dengan sedikit comedy, jadi kalo bisa ya romance comedy gitu...
Tapi, nggak gue ungkapin pikiran gue yang satu itu sama Fhea, gue malah berusaha buat nyesuaian pemikirannya Fhea.
Yah, bagaimana pun juga Fanfic-fanfic gue di jaman jahiliyah dulu kan romance-nya sampe tumpeh-tumpeh #apasih xD

Namun, belom gue memaksa pikiran gue buat mengimajinasikan sesuatu yang full romance, Fhea mengemukakan idenya.
"Gimana ceritanya tentang seseorang yang ketemuan saat liburan.."
"Oke, boleh. Dia temen lama yang udah pernah ketemu, apa kita bikin aja kaya temen chatting yang baru pengen ketemuan?"
"Temen chatting oke. Cewek-cewek, apa cewek-cowok?"
"Cewek-cowok. Aku yang jadi cowok juga ngga papa, namanya Zul deh... Aku bikin dia alay dan lebay ya." Fhea sempat salah denger pas kita kenalan waktu itu. Dia dengernya gue memperkenalkan diri dengan nama 'Zul', jadilah gue pake nama itu.
"Oke, kita buat aja ceritanya cowoknya jomblo akut, dan ceweknya player." Gue pikir ini klasik sih, tapi idenya bagus juga. Bakal unik kalau eksekusinya bagus.
"Siiip! Aku bikin pas sebelum ketemuannya, kamu bikin pas ketemuannya."
"Okehh!"
"Tempatnya di mana?" mendengar Kak Nina dan Kak Mahir men-setting tempatnya di negara antah berantah--yang nggak tau kapan gue kunungi itu--gue agak minder. Fhea juga kayanya sepemikiran sama gue, jadi gue putuskan untuk ambil setting tempat domestik aja.
"Jogja! Jogja aja..."
"Oke, kalau itu aku ke sana aku udah pernah..."
"Oke, siiip. Ayo mulai."

Awalnya gue nulis pake laptop dan Fhea pake buku tulis. Kebiasaan gue yang suka lama banget kalo nulis cerita, membuat gue sedikit tertekan. Karena waktu yang diberikan cuma 30 menit!!
Belum lagi, Fhea terlihat lancar nulis di buku. Sementara gue, cuma cetak-cetek dengan irama lambat di Laptop. Tulis-apus tulis-apus. Gue makin tertekan. Tangan gue dingin, keringetan dan gemeter.
"Fhe, gantian aja. Aku mau nulis di kertas. Kamu nulis di laptop. Nih."
"Okee. Aku juga biasanya nulis di laptop jadi pas nulis di buku agak gemes."

Tekanan gue lumayan berkurang dan gue akhirnya bisa nulis dengan normal. Selesai. Pokonya kaya gini deh, tinggal nungguin Fhea selesai nulis. Waktu berjalan terus dan 7 menit terakhir Fhea baru menyelesaikan ceritanya.
Mamam, mati gue.

Bodo ah, tulis aja.

"Selesai!" gue masih berusaha menyelesaikan kalimat terakhir saat panitia menutup waktunya. Dan akhirnya selesai tanpa gue tambahin judulnya.

Karena langsung dinilai maka kita diharuskan mengirim naskahnya ke email gagas. Dan lagi-lagi situasi terdesak kembali menghampiri, laptop gue nggak konek ke internet! Cakep!
"Bagi yang nggak bisa konek ke internetnya, langsung aja bawa ke depan laptopnya." Dengan pede, gue ke depan, sendirian. Karena yang bermasalah cuma gue.
Sempet laptop gue dikembaliin sama Kak Mahir karena belom ada judul. Gue udah nggak bisa mikir lagi, pala gue pusing.
Fhea lah yang ngasih judul itu,
"udah 'Z to A' aja. Zul to Ajeng. Zul ke Ajeng." lupakan masalah judul itu, terserah, yang penting selesai.

Namun tak disangka, cerita standar macam FTV itu... cerita yang kata Fhea "Ngajak ribut yang baca, kali ya..." (yang dalam arti ancur-ancuran)...
Bisa keluar sebagai juara! Waw, gue langsung tatap-tatapan nggak percaya sama Fhea, "Yang bener nih?"
Hahaha, beberapa kali Kak Nina dan Kak Mahir menekankan "Meski banyak typo, meski kita kesulitan dalam nentuin siapa yang menang..." Gue merasakan ketidakikhlasan di sini karena karya seancur itu bisa menang, hahaha becanda.
Mereka juga jelasin kok kekuatan cerita kita di mana, "Cerita ini sangat kuat karakternya, berasa banget bedanya..."
Kak Mahir, Fhea, Gue, Kak Nina (gambar bawah). Lumayan hadiah buku sebesar 200ribunya kece-kece (gambar atas).
Alhamdulillah... berarti tujuan gue buat karakter yang kuat tersampaikan.

Soalnya menurut gue, dalam membuat cerita mesti lo bikin suatu yang 'menangkap' hati pembaca. Jadi kalau buat cerita gue selalu milih, antara 'buat karakter yang kuat' atau 'cerita yang unik'.

Nah, berikut hasil karya tulisan gue dan Fhea.
Sempet gue edit sedikit typo-nya dan kalimat yang aneh, sedang punya Fhea belom. Lagian punya Fhea menurut gue ngga ada typo yang berarti, kecuali tanda titik-komanya yang gue nggak tau maksudnya apa. Kalo Fhea ngirimin balik yang udah diedit bakal gue post ulang di sini.

Z to A 
By Zu & Fhea
POV Zul

“Akhirnya dapet liburaaaan. Besok aku ke Jogja, Jeng!!”
“Yang bener? Wah, kita bisa ketemuan dong :)”
“Bisa, dong!! Aku bakal ke tempatmu buat main deh, janji!!”

Setelah menutup pembicaraan di media chatting online, aku menahan rasa gembiraku yang membuncah ini dengan menggigit tutup pulpen yang bertengger pasrah pada pulpennya. Rasanya ingin berjoget samba dan menyalami semua yang ada di ruang ini, tapi di depanku sedang duduk lelaki tengah baya dengan mata mengintai tajam ke arahku, ya bossku.

Selalu ada laporan yang tidak enak mengenai diriku setelah denting jam 3 terdengar.
“Woi, Zul tiba-tiba stroke tuh...”
“Kayanya Zul ayannya kumat...” dan banyak penyakit lainnya disebutkan dengan kelakuanku yang (katanya) tidak biasa ini. Semua itu sampai ke telinga bossku. Makanya kali ini aku mendapat pengawasan keras darinya.

Mereka sama sekali tidak tahu, bahwa Zul yang ganteng ini hanya sedang bahagia, ya... kalian pasti mengerti kan? Ini semua karena cinta. Mabuk karena cinta, aduhai indahnya.

Perasaanku pada Ajeng, cewek manis asal Jogja ini sudah tidak bisa terbendung lagi. Keseharianku dengan Ajeng via media online ini adalah bukti nyata, bahwa Ajeng juga memiliki perasaan yang sama denganku. Hanya tinggal menunggu moment yang tepat untuk mengungkapkan semuanya.

Dan akhirnya, setelah 4 tahun bersabar menunggu pengganti Marni, aku bisa melepas masa lajangku besok.
Besok aku akan bertemu dengan Ajeng di Jogja, dan menyatakan langsung perasaanku padanya.

POV Ajeng

Sebenarnya, aku agak awkward saat lelaki ber-nickname ‘Zoel’ itu bilang mau liburan ke sini. Pertama, alasannya karena dia hanya teman di dunia mayaku dan aku agak risi dengan keputusannya itu. Dan kedua, sorry to say, aku nggak tertarik sama dia. Masih mending Van—pacarku yang super kewl—itu ke mana-mana deh. Kenapa aku bilang begitu? Karena aku agak ill feel sama foto profilnya yang diganti setiap hari tapi intinya tetep sama; alay. Ups!

Poin kealayannya bertambah ketika dia sangat terlihat agresif menanggapi chat-ku di YM. Aku nggak kepedean, omong-omong. Alasanku di sini kuat kok; karena dia pernah terang-terangan bilang suka sama cewek Jogja saat aku bilang aku menetap di Jogja. Padahal ya, asal dia tau, aku tuh kelahiran Tangerang yang datang ke Jogja karena ada acara seminar dari kampus. Well, sekalian mau ketemu Van gitu deh yang emang kuliah di sini...

Jadi, aku membuat kesepakatan sendiri; mau ketemuan sama Zoel asal ditemani Van—dan tentu saja di luar pengetahuan Zoel. Van terkekeh pelan dan menggelengkan kepala saat mendengar permintaanku sambil bilang, “kamu ngapain lagi, sih, Yaang...” yang tentu saja diam-diam dia setuju atas ide isengku.

Bisa dibayangkan kan ya apa yang terjadi? Aku dan Zoel jadi bertemu di titik nol Kota Jogja, bersama Van. Aku mengenalkan Van pada Zoel sebagai tunanganku—padahal, sih, belum.

Dan Zoel, well, terima kasih sudah memberi pertunjukan yang bagus atas wajah kepiting rebusmu!  

---


Begitulah hasil karya ancur-ancuran yang bisa lolos jadi juara. Pendek kan? FTV banget kan?
Tapi bisa jadi semua ini berkat pasangan gue. Belakangan diketahui, si Fhea ini adalah seorang penulis muda di Kampus Fiksi, dan dia udah ngeluarin buku yang judulnya "Melodie der Liebe" terbit 2014 Diva Press.

Gue ternganga hebat. Beruntung banget gue!

Pantes Fhea bilang udah biasa nulis dengan deadline, pas gue bilang "Aku pusing banget abis nulis, soalnya mikir keras," cemen banget.
Gue juga ajak Fhea ikutan OWOP dan gue dengan songongnya menjelaskan "Owop itu mengebantu kita konsisten buat menulis minimal seminggu sekali, kalo mau jadi penulis kan mesti konsisten gitu..." Mamam noh Zu! Meski dia lebih muda dari lu, dia lebih senior dari lu. Fhea, mahasiswa yang sedang bergelut dengan skripsinya, udah ngeluarin buku, lha elu?

Akkkk, biasanya abis kaya gini gue bisa panas dan semangat nulis, tapi seminggu abis itu lupa dengan semangat yang membakar gue kemaren-kemaren. Hh... oke, konsisten, konsisten...

Oke, pokoknya, semoga buku gue juga harus cepet-cepet bisa terbit! Aamiin. Yossh semangaaat!

No comments:

Post a Comment