Ini adalah tulisan lama di blog gue yang dulu. Kalo nggak salah tulisan ini gue buat setelah baca Johan Series. Gue nggak nyangka cara kematian Eliza dalam Omen Series sama kaya gini, meski nggak plek-plekan sama sih. Gue merasa tersanjung Kak Lex dan gue memroyeksi imajinasi di otaknya bisa sama. #buuu #padahalkebetulan xDD
Berikut A/N pada saat gue menulis flashfic (yang salah satu karakternya diambil dari Johan Series) ini.
--
Karena saya
baru baca novel Obsesi dan Pengurus MOS Harus Mati jadilah flashfic saya penuh
kontaminasi dari novel itu. Fufufufu
--
Tema :
Kecelakaan
Kalimat
pertama : Akhirnya aku menemukannya.
Baiklah,
Check it coo~!
"Kecelakaan"
Akhirnya aku
menemukannya.
Kucium
cincin itu dengan bibir keringku. Udara malam menggigit kulitku. Setitik air
mataku jatuh, kemudian diikuti dengan lelehan selanjutnya.
Sudah 3 hari
aku mencari cincin ini. Cincin milik saudara kembarku. Gadis yang penuh dengan
impian itu baru saja berpulang kehadapan-Nya, dia kini menyusul nenekku di surga.
--
Kakak
kembarku, dia adalah gadis yang baik hati, penuh impian, memiliki cita-cita yang
tinggi, dan selalu menyayangiku—adik kembarnya—dengan sepenuh hati.
Aku, kalau
dibandingkan dengan kakak, sangatlah jauh. Bagai langit dan bumi. Keberadaanku
sebagai saudara kembarnya selalu jadi pertanyaan orang-orang di sekeliling
kami.
Kakakku
memiliki paras yang cantik, bak seorang dewi. Padahal wajah kami sama, kami
seperti satu-kesatuan, tapi entah kenapa kakak lebih bersinar dari pada aku.
Tidak hanya
cantik, kakak mempunyai prestasi yang sangat gemilang dalam bidang akademik.
Menang dalam kompetisi olimpiade tingkat nasional baginya seperti mendapatkan
nilai 100 pada ulangan harian. Itu bukanlah hal yang sulit baginya. Padahal untuk
mencapai sepuluh besar saja, aku berjuang mati-matian.
Dia juga
terkenal baik hati dan lemah lembut. Bahkan kalau berhadapan dengannya, tidak
heran kalau orang lain akan mengira dia adalah seorang malaikat. Sementara aku,
anak yang kikuk dalam bergaul dan tidak mempunyai teman, apalagi sahabat.
Sewaktu kecil
nenek lebih menyayangiku daripada kakakku, tapi kian hari nenek jadi lebih
peduli dengannya. Begitu pun dengan ibu dan ayahku.
Namun aku tidak bersedih sama
sekali karena kakakku akan memberikan semua perhatian yang aku butuhkan. Bahkan
kasih sayang dan perhatian yang tidak bisa kudapatkan dari ayah, ibu, maupun
nenek.
Inilah yang namanya kompetisi. Di mana yang terbaiklah yang selalu
mendapatkan banyak keuntungan. Dan aku selalu berada di pihak yang kalah.
Kakakku itu
adalah manusia berkualitas terbaik. Sahabat terbaik, kakak terbaik, dan mungkin
pacar yang selalu diidam-idamkan setiap cowok. Bahkan oleh Markus, kakak kelas
XII paling populer di sekolahku. Kualitas Markus sebagai seorang anak, teman,
sahabat, ataupun cowok sama tingginya dengan kualitas yang dimiliki kakakku.
Betapa
sejajarnya kalau mereka disandingkan. Ya, tentu saja Markus tidak pantas untukku.
Maka ketika
Markus mendatangiku, aku sangat terkejut, tapi harus kuakui saat itu akupun merasa senang.
Dia mulai bicara dengan ragu dan menanyakan segala hal tentang kakakku. Saat itu juga aku langsung lunglai. Seperti ada sedotan
yang melubangi paru-parumu sehingga kau merasakan tidak nyaman untuk bernapas. Masuknya udara benar-benar tidak sempurna.
Setelah itu,
tanpa sepengetahuanku, tiba-tiba hubungan kakakku dan Markus mulai semakin dekat.
Sampai akhirnya mereka janjian untuk kencan.
Aku
membuntutinya, aku hanya ingin tahu lebih banyak, apakah seharusnya aku
menyerah saja dengan kata yang kusandang ini? ‘Si pungguk yang merindukan
bulan.’
Hhh... Malang benar.
Berharap aku bisa menemukan kejelekan Markus, menyudahi perasaanku, dan
merestui kakakku dengannya.
Tapi tidak
seperti yang aku pikirkan, perasaanku sekarang melenceng total dari yang aku harapkan.
Saat melihat kakakku sedang tertawa bahagia bersama Markus, rasa aneh timbul
dalam hatiku. Panas yang membuat seluruh tubuhku menegang. Semua sakit.
Maka ketika
mereka berpisah di persimpangan jalan, aku ingin sekali mengutarakan rasa marah
dan benciku kepada kakak. Hanya sekali, aku berjanji pada diriku. Akan
kukeluarkan semua uneg-unegku dan selesai. Kami akan berbaikan kembali
besoknya.
“Kak!” Aku
memanggil kakakku dari belakang saat dia menapaki trotoar jalan. Semua begitu
sunyi, sepi. Memang di jalan itu jarang sekali di lewati mobil.
“Wulan? Kok
kamu di sini?” kakakku sedikit terkejut.
“Aku...”
melihat wajah heran kakakku, aku bingung. Kemudian kakakku tersenyum teduh.
Lama aku terdiam akhirnya kakakku membuka mulutnya.
“Mau ngomong
apa? Di rumah aja yuk...”
“Kak
Mulan...” Aku melihat wajah kakakku dan mengutuki nasibku yang malang karena
tidak bisa memiliki nasib yang sama padahal wajah kita benar-benar mirip.
Aku masih
terdiam.
TIIIIINNN!!
Suara truk
yang cukup besar membuat keheningan di antara kami pun pecah.
“Ayo Wulan,
di rumah aja.” Aku kesal pada diriku yang tidak berdaya di hadapan kakakku.
Lalu hampir bersisian jalan truk, Kak Mulan tersandung
pembatas jalan antara trotoar dan jalan. Bukannya membantu dan menariknya agar
tidak masuk ke tengah jalan tapi aku malah mendorong kakakku masuk ke tengah
jalan.
Dengan
kesimbangan yang tidak cukup kakakku dengan mudah masuk ke jalan dan beberapa
detik setelah itu aku mendengar benturan sebuah benda dan benda lain beradu. Kejadiannya benar-benar cepat sekali.
Kakakku
terpental karena tertabrak mobil truk dan truk masuk ke pinggir jalan, menabrak
pohon besar. Aku jatuh terduduk tidak percaya.
--
Setelah
kejadian itu aku tidak
bisa mengeluarkan sepatah kata pun kepada polisi. Polisi dan semua orang di
sekitarku mengatakan kalau aku mengalami shock yang sangat berat. Polisi juga mengatakan ini murni kecelakaan yang menewaskan
supir dan orang yang ditabrak. Saksi mata hanya aku, tapi aku tidak bisa dimintai keterangan. Kasus ini langsung ditutup karena dianggap sudah selesai dan semua berjalan dengan normal kembali.
--
Malam
hari datang.
Aku diam-diam keluar, mencari sesuatu yang hilang di tempat kejadian
perkara.
Sebelum
kakakku pergi kencan, dia sempat berinteraksi dengan cincin
kesayangannya, pemberian nenekku sebelum
meninggal, “Nek, hari ini aku bahagia sekali. Kak Markus yang kutaksir selama
ini, ngajakku ng-date...”
Tapi, saat
jasad kakakku dibawa ke rumah sakit, aku tidak menemukan cincin itu
melingkar di jarinya.
--
Dan Akhirnya
aku menemukannya di antara rumput yang ada diperbatasan trotoar dengan taman sisi jalan.
“Nek, aku
tidak salah kan? Nek... Itu hanya kecelakaan...” kata-kata pertama kali yang
keluar dari mulutku, setelah sekian lama bungkam.
Mencium cincin itu dan
merasakan seakan-akan aku sekarang berada dalam pelukan nenek.
“Kecelakaan,
Nek... itu kecelakaan...” Aku menapaki kembali jalan pulang dan merasakan udara
dingin menggigit kulitku. Kusadari jelas aku tersenyum di antara isakku.
Tapi asal tau
saja, aku tidak menyesal sama sekali.
FIN~
Kirain arwah Nenek bakal muncul terus bilang, "Ikut kakak dan nenek, Yuk!" hehehe
ReplyDeleteBahahhakk jadi horror comedy dong xD
DeleteNgiahahaha.
Delete