Tulisan ini ditulis demi memenuhi tantangan yang diberikan
member OWOP pada saat acara gath online OWOP 1234.
Jujur gue bukan tipe penulis yang bisa spontan
mendeskripsikan sesuatu dalam waktu yang singkat. Butuh mikir dulu, butuh
konsentrasi, agar tulisan yang dibuat nggak mengecewakan. Setidaknya nggak
mengecewakan diri sendiri. Jadi nggak bisa posting saat gath, my bad. Sibuk
banget sih, gimana ya... #kibasjilbab wakakak
Sendiri
“Sendiri...” kata itu entah kapan kudapatkan. Sudah lama
sekali.
Terkadang kata itu beriringan dengan kata “Kesepian...”
Beberapa orang yang mendatangiku bercerita atau setidaknya
mengungkapkan kata itu dengan ekspresi wajahnya. Tidak sedikit juga orang yang
mengulang kata itu dalam ceritanya berkali-kali, sampai aku jemu sekali dengan
kata itu.
Jadi aku sangat lah hapal dan akrab sekali dengan kata-kata
itu.
Kalau kalian bertanya kepadaku, apakah tidak pernah
sekalipun aku merasa kesepian? Jujur saja, aku bingung menjawabnya.
Aku selalu berada di taman kosong ini. Sesekali aku menemui
seseorang di sini dan mendengarkan ceritanya. Tempat ini selain memiliki
kesan yang menakutkan, tempat ini sangatlah pekat dengan nuansa kata “Sepi” itu
sendiri.
Tapi kalau dikatakan sendirian tidak juga.
Pada dasarnya Tuhan menciptakan banyak makhluk di sini. Tentu tujuannya untuk membuatku tidak kesepian.
Pada pagi hari aku mendengar kicauan burung yang
bersahut-sahutan, semilir angin segar pun tidak jarang membuat ilalang-ilalang
sekitar mengeluarkan bunyi yang meneduhkan.
Pada siang hari, terkadang aku melihat binatang liar seperi
kucing, yang bermain ke taman ini bersama temannya. Tidak jarang juga binatang
seperti kera liar, berlompat dari satu pohon ke pohon yang lain. Mampir untuk
mengunjungi taman ini.
Pada malam hari pun tidak kalah hebatnya. Jangkrik terdengar
berlomba-lomba mengeluarkan suara yang nyaring. Kunang-kunang kadang juga
datang bergerombol. Melihat cahaya yang mereka pancarkan terkadang
menghangatkan jiwa.
Lantas kenapa manusia masih saja merasa sendiri dan
kesepian? Padahal Tuhan telah menciptakan berbagai ‘teman’ untuk mereka.
Aku rasa, saat itu mereka sedang lupa.
Lupa dan tidak mengingat Tuhan mereka yang tidak pernah sekalipun
meninggalkan mereka.
Lupa bahwa Tuhan telah memberikan banyak teman untuk mereka.
Yah, contohnya saja aku ini...
Aku diciptakan untuk menemani manusia di kala kesepian. Tapi
tetap saja manusia selalu merasa kesepian, meski aku berada bersamanya.
Kenapa cara pandang mereka tidak bisa diubah?
Ah, lihat setelah sekian lama, datang lagi seorang manusia.
Dari ekspresinya dia seperti sedang kesepian...
Saat itu angin sore berhembus menyenangkan, langit perlahan
berubah menjadi kemerahan dan daun-daun tua mulai berjatuhan ke sekitaranku.
“Ya Allah... Akhirnya aku tetap sendiri...” Seorang lelaki
berkulit coklat tua, berambut agak ikal memgusap kepalanya dengan kasar.
Tepat dugaanku.
Dia bahkan duduk di atasku tanpa menyapaku.
“Ini taaruf yang keberapa kali coba?” Wajahnya terlihat
sedih, namun aku masih bisa merasakan kekuatan di sana.
“Dirga, lo cowok, tapi manusiawi kok lo ngerasa sedih.” Lalu
sedetik kemudian dia mengacak-acak rambutnya, terlihat frustasi.
“Ya, Allah... sekali ini aja. Biarkan hamba-Mu ini terlihat
lemah dan menyedihkan karena kesendiriannya,” katanya kepada Tuhannya.
Mendengar itu, sekarang aku mengerti satu kata lagi.
“Manusiawi”
Mungkin kata itu yang tidak aku miliki. Mungkin saja, kata
“Sendiri” dan “Kesepian” itu sesekali wajar dimiliki manusia. Mungkin saja,
dengan begitu mereka akan mengingat Tuhan-nya.
Sebagai bangku yang setiap hari sendiri, mungkin terkadang
aku tidak bisa mengerti sepenuhnya arti “Kesendirian” bagi manusia.
Tapi kapanpun kalian merasa kesepian, datanglah ke sini.
Karena aku akan menemani kalian.
-Bangku Tua Di Taman-
Cieee bangku tua :p #apasih
ReplyDeleteApa sih #gigit Dini
DeleteDi tulis oleh Zu yang sedang merasa kesepian :p
ReplyDeleteYah, ngga usah diperjelas lah...
Delete