Wednesday, September 7, 2016

[Fiksi] MISI

Posting tulisan malam narasi yang telat banget. Ini udah bolak-balik diapus-tulis-apus-tulis dan jadinya cuma gini ajah. wakakak
Udah lama banget nggak nulis, kemampuan eke jadi menurun drastis gini. T^T

Kalo gitu, dicekidot aja!
MISI





Lihat, itu dia. Dia akan datang lagi ke sini dan tidak akan mengerti apa yang aku ucapkan. Dai selalu ke sini dan membuat pencarianku jadi lebih mudah.

Aku tidak yakin dengan apa yang ayahku katakan tentang kemampuan spesialnya itu. Buktinya aku sudah melakukan hal ini hampir seminggu tapi dia masih tidak merespon apa yang kukatakan padanya.

Karena aku mengeluh terus tentang dia kepada ayah, akhirnya dengan putus asa ayah bilang kepadaku “Yasudah, bawa saja dia dengan paksa, lalu kita buat dia jadi santap malamnya baginda ratu.”

Ya tidak mungkin sih aku lakukan, selain baginda ratu ingin sekali bertemu dia hidup-hidup, aku masih penasaran dengan kemampuan spesialnya.

Oke sekarang dia mendatangiku dan kami bertatapan.

“Haloo, kamu mengerti apa yang kukatakan kan? Apa harus kukasih kue dulu baru kau mau bicara kepadaku?” aku menatapnya lekat-lekat dan mencondongkan tubuhku ke arahnya.

Kalau diliat-liat dia cantik juga. Putih, bersih, dan bola matanya kebiru-biruan. Kulihat teman-teman yang sepantarannya tidak akan ragu menceburkan dirinya ke dalam kubangan lumpur dan bermain di sana. Tapi tidak dengannya. Sejak awal bertemunya aura kesepian memang terasa sangat kuat. Apa karena itu makanya aku bisa betah berlama-lama dengannya?

Meskipun dia tidak merespon setiap apa yang aku ucapkan, meskipun kami hanya puas dengan berpandangan, kami punya perasaan yang sama ketika duduk berdua seperti ini. Kami lebih menikmati kesendirian kami dan menjauhi keramaian. Jujur di dalam hati aku berharap dengan sepenuh hati, kalau suatu saat dia bisa mengerti apa yang kuucapkan dan kami bisa saling berbicara.

Dua tahun berlalu...

“Swany, hari ini ayahku menanyakanmu lagi. Dia frustasi sekali sampai-sampai ingin memakanmu.” Aku duduk di hadapannya, sesekali mata kami beradu.

“Aku tidak yakin kenapa ratu bisa  begitu sabar menungguku bisa membawamu. Tapi akupun tidak keberatan menunggumu lebih lama lagi.” Kami bertemu tatap lagi.

Tapi setelah itu Swany bergerak dan beranjak menjauhiku.

“Sudah mau pergi? Hati-hati ya sepertinya akan turun hujan.” Aku coba mengepakkan sayapku seperti biasa, mengantarkan kepulangannya.

“Kamu juga, Gosi. Besok aku akan ke sini lebih pagi, kita ke tempat ratumu bersama.” Swany tersenyum manis dan meninggalkanku dalam kebingungan hebat. Tak lama setelah Swany menghilang dari pandanganku, aku hanya bisa merasa lega dan bergegas ke duniaku memberitahukan kabar bagus ini kepada ayah dan ratuku.


Petualangku dengan Swany baru akan dimulai setelah ini.  

~~~

No comments:

Post a Comment