Wednesday, July 29, 2015

[Flashfiction] Ratu Preman (Remake)

Yahooo!!!
Gawat, writer block!!!
Dari beberapa hari sebelum puasa sampe setelah lebaran, penyakit itu menjangkit saya!
Mohon ampun karena setoran ngadet, dan utang bertumpuk.

Tapi saya juga berusaha mengobati penyakit ini. Satu-satunya cara yang kepikiran saat ini adalah nge-remake cerita-cerita lalu. Sekalian ngedit dan ngerapiin cerita. Sayang aja, karena blog lama mau diapus, sekalian aja pindahan. #alasanmululo xDD

Yang pasti, blog keisi dan karatan di otak juga perlahan terobati.

Oke, sampai sini adalah intro yang saya tulis hari ini. Yang di bawah intro yang ditulis pada saat itu.... Cekidot!


--

Tulisan ini saya dedikasikan untuk otak saya, yang sudah sering sekali mengeluarkan ide-ide cerita, namun ide itu menguap begitu saja tidak berbekas. Dan kini, dia sepi, terlalu enggan untuk mengeluarkan ide lain. Mungkin sakit hati?

Flashfiction yang singkat dan padat ini, paling tidak ini bisa mengobati dia.

Tujuan lain adalah untuk ikut kuis yang  diadakan oleh Mbak Primadona angela via twitter. #nulisyuk




Ratu Preman


Keinginanku sekarang simpel saja. Ingin menjadi Ratu Preman.

Kalian pikir aku kuat? Bisa beladiri? Tidak juga... Kalau hanya sekedar mengayunkan sapu kepada mereka sih aku masih sanggup...

Ya, berarti seharusnya kalian tidak berpikir aku datang ke tempat ini sengaja ingin menumpas kejahatan dan mengembalikan mereka ke jalan yang benar? Hahaha, yang benar saja. Melenyapkan kecoa yang melintas saja aku tidak berani...

Dan tolong jangan pernah berpikir aku ditaksir oleh seorang preman, lalu ingin hidup bersama dan menjadi ratu di kalangan mereka? Hih, ney ney ney! Kalaupun ada preman yang naksir aku, lebih baik aku melarikan diri dari negara ini, dan membuka lembaran baru hidup di negara orang. Oh, jangan tanya aku punya uang atau tidak.

Tapi omong-omong orang yang disukai, ya... kuakui dia memang ada di sekitar lingkungan ini. Lingkungan yang penuh dengan para preman tengik. Tidak. Tolong berhenti memikirkan dia adalah seorang preman.

Dia seorang dokter. Dokter di daerah perkampungan ini, yang memiliki pribadi sederhana dan bisa meluluhkan hatiku hanya dalam hitungan hari.

Dan sekali lagi kuakui, kalau dia adalah salah satu faktor kenapa aku bertahan di sini.

Apa?
Masih penasaran kenapa aku ingin jadi Ratu Preman?
Kalian akan tahu nanti...

--

Lonceng istirahat sudah bunyisejak sepuluh menit yang lalu dan kelas masih kosong. Kuhampiri lapangan kosong yang jaraknya beberapa meter dari gubuk sekolah ini.

Lagi-lagi berkengkar. Anak-anak jalanan itu. Dasar preman tengik!

Aku coba melerai, tapi aku yang terdorong jatuh. Yang lain hanya menonton sambil bersorak menyemangati temannya.
Aku membersihkan kotoran yang melekat di tubuhku.

"Ah, sia-sia!" Batinku.
Kembali aku melererai lalu jatuh lagi, dan bravo! Luka lecet kudapat.

"Berhenti!! Atau akan kupanggil orang tua kalian!!" Mereka tetap tidak berhenti.

"Iwan! Hendra! Aku akan kasih kalian 5000 rupiah kalau kalian berhenti!" Semua menatapku dan gerakan kedua bocah itu terhenti.
Kedua bocah itu mengambil dengan kasar dua lembar uang 5000-an dari tanganku dan melarikan diri ke dalam kelas sambil melemparkan celotehan yang tidak lucu.

"Semuanya masuk! Aku benar-benar akan memanggil orang tua kalian kalau kalian macam-macam."

Dan mereka pun, akhirnya menurut.

--

Keesokan harinya.
Aku melihat ada kejanggalan dari anak-anak itu.
Mereka semua sudah berada di dalam kelas!

Keadaannya memang ricuh seperti biasa, ada yang tidur, ada yang merokok, ada yang bercanda dengan kata-kata kotor, dan sebagainya.
Tapi ini tetap tidak biasa!

Aku segera berjalan dan duduk di bangku. Tapi sayangnya bangku itu tidak kuat menopang tubuhku. Aku terjatuh.
Sial, mungkin karena stress berat badanku bertambah, batinku.

Namun, hanya perlu beberapa detik setelah itu untuk menyadarinya kalau sebenarnya aku sedang dikerjai.

Mereka tertawa terbahak-bahak.

Sabar...
Sabar...

Aku terenyum dan memulai untuk berkonsentrasi mengajar. Suatu saat aku akan menjadi Ratu di kalangan preman-preman kecil ini.
Sebuah gubuk sekolah terpencil yang penuh dengan anak jalanan dan preman kecil, tempat di mana kini aku menggantungkan mimpiku.

FIN-


3 comments: