Thursday, June 30, 2016

[FlashFiction] Syukur Raya

Demi memenuhi Challenge dari Emud, gue posting flashfic yang gaje ini. Seriusan ini udah mikir kemana-mana lho... Bikin tulisan dengan dasar tulisan orang lain dan menyuratkan pesan kebaikan itu... susah parah!

Tapi selesai juga, yang penting tantangan Emud... completed!
Cekidot~

SYUKUR RAYA

Matanya basah dan sayu, di kening dan lehernya menyisakan titik-titik peluh. Isakan pun tak bisa dielakan. Tapi begitu langkahnya berhenti di depan pondok kecilnya, gadis itu menarik kedua sudut bibirnya ke atas, kemudian membuat keadaan ‘baik-baik saja’ pada dirinya. Ia masuk seraya mengucapkan salam.

Ibu menyambutnya dengan riang.

“Kamu terlihat lelah, Nak?” ibu menyadari sesuatu yang aneh padanya.
Berjuta tanya mencekat tenggorokan, letupan gusar sudah siap meledak, namun semua tersimpan rapat di balik senyumnya.

“Mandilah dulu, ibu siapkan makanan.” Diliriknya meja makan, hanya ada semangkuk nasi dan beberapa buah tempe, ditambah sedikit lalapan kemangi. Menu yang sama setiap hari. Oh, tidak, nampaknya menu itu sedikit berbeda. Matanya terpaku pada cairan putih gading di gelas kecil miliknya.

“Hari ini hari yang spesial. Karena rapormu bagus, ini ada hadiah untukmu.” Ibu menunjukkan susu kedelai kesukaannya.

Di hari pengambilan rapornya, rahasia ibu yang dia sembunyikan selama ini terbongkar. Ketika salah satu pelanggannya, yang tidak lain adalah orang tua dari salah satu murid di sekolahnya, menyapa ibu dan membahas tentang pekerjaannya.

Namun ucapan syukur atas rapor bagus yang diterima anaknya, atas susu gratis yang didapatkan dari ibu kantin, atas yang terjadi hari ini terus terbit di mulutnya, seakan membuat semua bualan itu hal sepele yang tidak pernah ada.

--

23 Juli hari nak nasional
tak berlaku bagi gadis kecil yang hatinya berjelaga
teman sebayanya menertawakan terpingkal
untuk hidupnya yang penuh nestapa
apa pasal?
ibunya tukang bual
katanya mereka kaya raya
padahal:
ibunya hanyalah pemintal
yang sejak lama ditinggal suaminya.

--

“Alhamdulillah, hari ini kamu naik kelas 2 SMP ya, Nak.” Ibu mengikat kepang rambutnya, seraya tidak pernah lelah mengucap syukur di pagi ini.

Pinggiran roti tawar menjadi santap paginya selain sebuah telur yang biasa dia makan. Pinggiran roti itu dijual murah oleh pemilik toko roti di seberang komplek rumahnya. Cukup sering ibu mendapatkanya cukup berlimpah dan sambil bercerita senang kepada anaknya dia mengulang kembali syukurnya.

“Sudah jelas tidak ada yang mau membeli pinggiran roti itu.”

Ibu tersenyum ketika akhirnya mendengar perkataan itu dari mulut anaknya.

“Tidakkah kamu bersyukur dengan makanan yang kamu dapatkan ini? Karena makanan ini yang membuatmu bisa bertahan hidup, kan, Nak?” Dia bergeming. Ibu benar, meski hanya pinggiran roti semuanya layak dimakan. Yang lebih penting adalah karena makanan itu dia bisa bertahan hidup.

Ibu mengantarnya sampai depan pintu, mencium keningannya dan menjawab salamnya.

Dia tersenyum mengingat kata-kata ibunya sebelum mengantarnya ke depan rumah.

“Bersyukurlah, karena kamu telah mendapatkan banyak hal dariNya. Dan dengan begitu pula nikmatmu akan selalu ditambahkan olehNya." Ibu mengusap kepalanya dengan sayang, "Dia sungguh Maha Pengasih.”

Detik itu pula gadis itu menyadari. Ibunya tidak pernah berbohong. Mereka berdua adalah orang yang kaya raya, yang hingga detik ini banyak menerima nikmat dari Tuhan. Mereka kaya raya karena meskipun tidak mewah semua masih bisa mereka dapatkan.

By : Zu
#Giveaway
#Emudchallenge

7 comments:

  1. :')
    Ah, Zu... makasih udah diingetin buat selalu bersyukur... :')

    ReplyDelete
  2. Aku jadi paham maksud puisi ini, hihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Diracik lagi dengan bumbu tambahan eke, Kent. Tambah dikit duang tapi xD

      Delete
  3. Ceritanya maknanya positif banget... padahal waktu liat puisinya aku pikir bakal jadi flashfic yang negatif

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, tapi itupun cuma bisa ambil yang mainstream, Dit. Udah mentoks xD

      Delete
  4. Ih keren. Bisa ngambil dari lain sisi. Bener kata Nadit, kita mah nangkapnya negatif. Tapi Zu, berhasil membawakan dengan beda. (y)

    ReplyDelete