Tapi selesai juga, yang penting tantangan Emud... completed!
Cekidot~
SYUKUR RAYA
Matanya basah dan sayu, di kening dan lehernya menyisakan titik-titik
peluh. Isakan pun tak bisa dielakan. Tapi begitu langkahnya berhenti di depan
pondok kecilnya, gadis itu menarik kedua sudut bibirnya ke atas, kemudian membuat
keadaan ‘baik-baik saja’ pada dirinya. Ia masuk seraya mengucapkan salam.
Ibu menyambutnya dengan riang.
“Kamu terlihat lelah, Nak?” ibu menyadari sesuatu yang aneh
padanya.
Berjuta tanya mencekat tenggorokan, letupan gusar sudah siap
meledak, namun semua tersimpan rapat di balik senyumnya.
“Mandilah dulu, ibu siapkan makanan.” Diliriknya meja
makan, hanya ada semangkuk nasi dan beberapa buah tempe, ditambah sedikit
lalapan kemangi. Menu yang sama setiap hari. Oh, tidak, nampaknya menu itu sedikit berbeda. Matanya terpaku pada cairan putih gading di gelas kecil
miliknya.
“Hari ini hari yang spesial. Karena rapormu bagus, ini ada
hadiah untukmu.” Ibu menunjukkan susu kedelai kesukaannya.
Di hari pengambilan rapornya, rahasia ibu yang dia sembunyikan
selama ini terbongkar. Ketika salah satu pelanggannya, yang tidak lain adalah
orang tua dari salah satu murid di sekolahnya, menyapa ibu dan membahas tentang
pekerjaannya.
Namun ucapan syukur atas rapor bagus yang diterima anaknya,
atas susu gratis yang didapatkan dari ibu kantin, atas yang terjadi hari ini
terus terbit di mulutnya, seakan membuat semua bualan itu hal sepele yang tidak pernah ada.
--
23 Juli hari nak
nasional
tak berlaku bagi gadis
kecil yang hatinya berjelaga
teman sebayanya
menertawakan terpingkal
untuk hidupnya yang penuh
nestapa
apa pasal?
ibunya tukang bual
katanya mereka kaya
raya
padahal:
ibunya hanyalah
pemintal
yang sejak lama
ditinggal suaminya.
--
“Alhamdulillah, hari ini kamu naik kelas 2 SMP ya, Nak.” Ibu
mengikat kepang rambutnya, seraya tidak pernah lelah mengucap syukur di pagi ini.
Pinggiran roti tawar menjadi santap paginya selain
sebuah telur yang biasa dia makan. Pinggiran roti itu dijual murah oleh pemilik
toko roti di seberang komplek rumahnya. Cukup sering ibu mendapatkanya cukup berlimpah dan sambil bercerita senang kepada anaknya dia mengulang kembali syukurnya.
“Sudah jelas tidak ada yang mau membeli pinggiran roti itu.”
Ibu tersenyum ketika akhirnya mendengar perkataan itu dari
mulut anaknya.
“Tidakkah kamu bersyukur dengan makanan yang kamu dapatkan ini? Karena makanan ini yang membuatmu bisa bertahan hidup, kan, Nak?” Dia bergeming. Ibu benar, meski hanya pinggiran roti
semuanya layak dimakan. Yang lebih penting adalah karena makanan itu dia bisa
bertahan hidup.
Ibu mengantarnya sampai depan pintu, mencium keningannya dan
menjawab salamnya.
Dia tersenyum mengingat kata-kata ibunya sebelum
mengantarnya ke depan rumah.
“Bersyukurlah, karena kamu telah mendapatkan banyak hal dariNya. Dan dengan begitu pula nikmatmu akan selalu ditambahkan olehNya." Ibu mengusap kepalanya dengan sayang, "Dia
sungguh Maha Pengasih.”
Detik itu pula gadis itu menyadari. Ibunya tidak pernah
berbohong. Mereka berdua adalah orang yang kaya raya, yang hingga detik ini
banyak menerima nikmat dari Tuhan. Mereka kaya raya karena meskipun tidak
mewah semua masih bisa mereka dapatkan.
By : Zu
#Giveaway
#Emudchallenge
:')
ReplyDeleteAh, Zu... makasih udah diingetin buat selalu bersyukur... :')
Saling ngingatin, Emud... ;')
DeleteAku jadi paham maksud puisi ini, hihi
ReplyDeleteDiracik lagi dengan bumbu tambahan eke, Kent. Tambah dikit duang tapi xD
DeleteCeritanya maknanya positif banget... padahal waktu liat puisinya aku pikir bakal jadi flashfic yang negatif
ReplyDeleteIya, tapi itupun cuma bisa ambil yang mainstream, Dit. Udah mentoks xD
DeleteIh keren. Bisa ngambil dari lain sisi. Bener kata Nadit, kita mah nangkapnya negatif. Tapi Zu, berhasil membawakan dengan beda. (y)
ReplyDelete